Thursday, February 10, 2005

Plin plan gara-gara Mac Mini


*dialog dengan PowerBook G3 Pismo gue*
Pinot : I think I'm in love with her.
Pismo : Siapa?
Pinot : Mac Mini
Pismo : Lho kok? Kemarin-kemarin sudah yakin ngga bakal ngelirik tuh barang!!
Pinot : Iya sih...
Pismo : C'mon... she's not that good!
Pinot : according to her price, she's great!
Pismo : RAM 256 Mb? Slow HD? No audio in? 32mb ATI Radeon?
Pinot : Still better than you.. d'oh! Toh bisa diupgrade RAM-nya
Pismo : Bakal sampai 10 jutaan dong. Belum monitor, keyboard & mouse.
Pinot : Fine with me.
Pismo : You're getting irrational! Dengan harga sama, lo bisa dapet G4 Desktop 800 mHz - 1 gHz second!
Pinot : Coba, gue beli lo berapa dulu dari Remiel? 8 juta utk 500 mHz, RAM 512 mb, Airport card, HD 30 gb.
Pismo : Itu kan dulu! Hampir 2 tahun lalu!
Pinot : At the same price, dulu gue bisa dapet G4 500 mhz.
Pismo : So what's your point?
Pinot : Gue beli karena perasaan gue terhadap lo kuat. Gue cinta sama lo. Black, sleek, sexy and the latest generation of PowerBook G3.
Pismo : *blushing*
Pinot : Jangan jeles dong.
Pismo : *diem*
Pinot : Entahlah, seperti waktu gue lihat lo, sekarang ada getar yang sama pas gue lihat si Mini. The same vibe.
Pismo : Plin plan lu. Katanya no Mac Mini! *nada tinggi*
Pinot : Kali ini gue yakin, walau sempet ragu. Maklum lagi jatuh cinta. Kadang emosi yang nongol, kadang akal sehat yang nongol.
Pismo : Sekarang apa yang nongol? Perasaan & emosi sesaat?
Pinot : Kombinasi keduanya. Tahu nih.. gue bingung.
Pismo : Gue diduain dong.... Sama kaya Quadra lo, Blue & White 3 lo, PB 1400 lo... Bukan diduain lagi tapi dicuekin abis.
Pinot : Nggak lahh... lo akan tetep mendampingi gue.
Pismo : Gombal..
Pinot : Toh sampai hari ini gue masih ngetik blog ini dikeyboard lo kan? Saat nanti Mini datang, toh lo juga yang bakal gue bawa kesana kemari buat presentasi, kasih kuliah, nge-hotspot di Citos dan lain-lain.
Pismo : *tertunduk*
Sementara gue masih ngetik blog di Pismo gue yang murung, sambil lihat gambar-gambar Mac Mini dan berbisik dalam hati "Mac Mini, I think I'm in love with you. And God, please help me.."

Monday, February 07, 2005

Kuda poni Apple bernama Mac Mini

Ketika Mac Mini dilaunch pertama kali di MWSF Januari lalu - dan kemudian mejeng di website www.apple.com - yang paling menghipnotis adalah harganya yang cuma 3 digit - pun di bawah US$ 500 (US$ 499 tepatnya). Ajegile murah banget! Si Mini seperti memanggil-manggil "Buy Me Buy Me!" Jujur saja, gue langsung pengen beli karena kalap. Jika gue lagi tajir (dan barang sudah tersedia di tokonya Bibin atau Wasabi atau Oktagon) pasti langsung digondol pulang. Droll worthy!
Untungnya gue lagi kere. Dan hasrat untuk memilikinya mulai berkurang sedikit demi sedikit dari hari ke hari. Apalagi di website sudah banyak yang memberi review, dari sisi positif dan negatifnya. It's a cute machine that's for sure. Tapi, buat hardcore user kaya gue yang banyak berkutat di pekerjaan grafis dan animasi, sepertinya hanya akan membuat si Mini meleleh dan mabok.
Hal serupa pernah terjadi pada saat Apple meluncurkan iMac translucent-nya. Huaaaa... rasanya pengeeenn banget punya. Lalu muncul lagi iMac sunflower yang ginuk-ginuk. Lalu iMac G5. Namun keinginan tersebut selalu dihadang pada kebutuhan gue yang sebenarnya pada Macintosh "kuda arab" macam PowerBook atau PowerMac. Realistis saja, gue tidak butuh "kuda poni"-nya Apple. Gue tidak butuh Mac Mini! (walau teteup pengen punya.. huehehehe).
Sebenarnya ngapain sih Apple membuat keluarga "kuda poni" pada jajaran Macintosh mereka? Marketing strategy. Kalau dilihat apa yang ditulis Paul Nixon (www.nixlog.com/apple), Apple butuh produk yang memasyarakat (Huh! Sudah mulai realistis ya? It's about time!) dengan harga terjangkau. Diawali dengan mp3 player iPod kemudian Mac Mini. Well, it's not the computer for the rest of us (yang beberapa diantaranya butuh "kuda arab"). Mac Mini adalah bagian dari kampanye Switching-nya Apple. Diharapkan, PC users mulai ter-iPod-isasi. Lalu sedikit demi sedikit tergoda masuk dalam faham MacOS. Untuk itulah Mac Mini hadir. PC users diberi kesempatan untuk test drive' dunia MacOS tanpa harus mengeluarkan uang banyak. Just drag your Intel away and put Mac Mini with your current monitor, keyboard & mice. Kira-kira begitu.
Syukur alhamdulillah, sampai sekarang gue ngga akan tergoda dengan senyuman manis dan manja si kuda poni, Mac Mini. Dengan harga kira-kira 9 - 10 juta Mac Mini (+ PC monitor + PC keyboard + PC mouse + RAM 1 Gb), mending gue beli kuda arab PowerMac G4 macam QuickSilver 800 mHz dengan graphic card lebih baik, VRAM lebih tinggi dan RAM lebih tinggi. Bisa upgrade pula. Cukup realistis kan?

Sunday, December 05, 2004

Macinthos books in Kinokuniya Plaza Senayan


Cari buku Mac atau Apple memang susah. Tapi tidak di Kinokuniya Sogo Plaza Senayan. Tersedia rak khusus untuk buku-buku tentang Macinthos. Macinthos? Kayanya memang buku-buku ini khusus pengguna Mac dari Jawa yang masih medhok ngomongnya. Bukan Macintosh, tapi Macinthos. Kira-kira seperti ngomong plonthos.

Sunday, October 03, 2004

Nge-DJ pake PowerBook Pismo


Akhirnya nge-DJ pake amplifier gede. Bermodalkan TraktorDJ (www.nativeinstruments.de), PowerBook G3 dan USB Audio Out seharga 25.000. Massa bergoyang mengikuti irama lagu yang gue susun di Pismo gue. Eri, Razak, Ical, Edi growak jumpalitan gak karuan. Jay Subiyakto, Pandu Sunarya & Razak Satari sebagai tamu kehormatan (ini pesta perpisahan buat mereka) ngga ketinggalan ikut gunjrang-gunjrang sampe teras kayu villa si Luthi kecapean nahan beban. TraktorDJ rocks!!

Tuesday, August 24, 2004

Macintosh on duty


1 Powerbook Titanium, 2 Powerbook Aluminium, 1 Powerbook G3 Pismo, 1 G5 Desktop dikerahkan untuk ulang tahun RCTI yang ke 15 pas tanggal 24 Agustus 2004. Kecuali G5 Desktop, semuanya milik pribadi! Entah demi RCTI, entah demi gengsi pribadi. Yang penting Macintosh!!

Thursday, June 10, 2004

Macintosh Home Automation

Dalam rangka menjalankan masa purnabhakti Powerbook 1400cs, gue tugaskan beliau sebagai pengurus otomatisasi aplikasi listrik rumah. Setelah memesan modul-modul X10 (www.x10.com, www.smarthome.com), gue install Powerbook software XTension (www.shed.com) dan Thinking Home (http://www.alwaysthinking.com/products/thinkinghome-main.html).


Sekarang, sang PB 1400cs bisa membuat jadwal kapan lampu mati & nyala. Bahkan bisa buat nyalain lampu teras, lampu dapur & lampu ruang tamu.
Next project, beli motion detector, pasang QuickCam dan set AppleScript. Jadi kalau ada gerakan-gerakan mencurigakan di halaman, TV bisa tiba-tiba nyala walau gue ngga ada di rumah.

Sunday, February 22, 2004

Mac Junkyard


Looking for old Macintoshes? Want to bring your old Mac back alive? Try to visit DKI Komputer or contact Joni Alfaruk! Beralamat di Kali Baru Timur 1 no 234 Senen Jakarta Pusat, Joni yang membuka usaha publishing & setting-an ternyata dalam rumah mungilnya tersimpan harta karun Macintosh dari berbagai jaman. Color Classic? Ada. Powerbook Wallstreet? Ada. Modem Apple GeoPort? Ada. Sejauh mata memandang, Mac, Mac, Mac & Mac.

Dan tidak tertutup kemungkinan, bisa nemu barang-barang antik lainnya, yang Joni sendiri ngga sadar bahwa dia memilikinya. Gue berhasil dapat QuickCam color seharga Rp 100 ribu saja! It works well with my Powerbook 1400.
"Saya tadinya bantuin temen-temen di tempat setting buat benerin Macintosh-macintosh rusak. Iseng-iseng aja," kata Joni. "Sejak 1992, barang-barangnya ngumpul di sini. Ada yang 'ngendon' di sini. Ada yang dikanibal. Seneng aja ngumpulin barang-barang ini."
Just call him at 0214247106.

Saturday, February 07, 2004

3 Powerbook 1 iBook



Gue, Dita istri gue, Eman dan Unay bercengkerama di Mr. Bean cafe Cilandak Town Square. Seperti biasa, nge-HotSpot, mack! Dita dengan iBook SE G3-nya, Eman dengan Titanium G4-nya, gue dengan Powerbook G3-nya & Unay dengan Powerbook Aluminium G4-nya. Sempet bikin ngiler pengunjung di sana. Ada juga yang ngelirik penasaran, karena laptop windowsnya ngga bisa-bisa nyambung sama WiFi CBN sampai bolak balik buka manual booknya.


Pernah tahu rasanya kalau punya Harley Davidson ngumpul-ngumpul bareng sambil mejeng? Nha.. kira-kira rasanya sama. Cuma kalau ini lebih keliatan smart karena bawanya Powerbook. Huahahhaa...

Thursday, June 26, 2003

Steve Jobs bikin sepatu?


Si Dita - pacar gue - lagi jalan-jalan sama temennya di Parkir Timur Senayan cari CD bajakan buat referensi kerjaan. Malah nemu sepatu ber-merk JPG dengan logo Apple! Whoa! Logo Apple bikinan Rob Janov - Regis McKenna PR Agency art director - nemplok di produk non-Apple & non-komputer! Keinget sama gue sebagai pacarnya yang fanatik Apple langsung dibeli deh.



JPG - alias Jinpingguo - ternyata sepatu buatan Taiwan. Dan kalau melihat kardus dan label-tag di dalam kardus sebenarnya ini sepatu ngga ngasal bikinnya. Ada kertas bungkusnya lengkap dengan logo Apple plus silica-gel dengan logo Apple.
Barangkali si empunya perusahaan emang demen sama produk Apple. Atau emang sembarang nyomot logo Apple karena keliatan keren? Atau memang Rob Janov kerja di perusahaan sepatu tersebut? Atau memang Steve Jobs beli perusahaan sepatu di Taiwan buat ngobatin stress? Just wait until Apple responded by filling the copyright suit.

Thursday, May 01, 2003

Istri gue jadi model print ad iBook


Sore-sore di kamar gue, si Dita lagi ngetik dengan iBook clamshell nya. Matahari sudah ngga terlalu terang membuat kamar gue jadi rada temaram. Cahaya LCD dari iBook menerpa muka Dita dan tembok di belakangnya. Looks artistic to me, langsung sabet kamera digital. Whoa! Keren euy. Tinggal nunggu dipanggil agency Apple Chiat/Day untuk dihire jadi art director mereka. Yea.. I wish.