Friday, April 01, 2005

Rame-rame jualan iPod

Image hosted by Photobucket.com
Satu lagi hadir toko jual produk Apple di Jakarta. Kali ini di Plaza Senayan, selantai dengan Kinokuniya book store. Buset, kayanya lagi musim pada jualan Apple. Mengingatkan gue pada jaman dahulu (era awal 90-an), betapa ngamprah toko jual produk Apple dan Macintosh. Dulu toko-toko tersebut berkesan eksklusif dan mahal (maklum yang dijual barang-barang Apple yang berlabel komputer mahal kelas atas). Gara-gara popularitas iPod yang meroket, kini hampir semua toko gadget jual iPod. Lihat saja ke Ratu Plaza, betapa ngamprah berjejer terpajang iPod di hampir semua etalase toko. Ada yang sambilan menjajakan iPod, ada pula yang jual iPod plus produk-produk Apple lainnya seperti Mac Mini.
Pada rame-rame jualan iPod (plus produk Apple) di Indonesia menurut gue hanya salah satu dari fenomena ledakan bisnis semata. Apalagi hanya triggered by trend, mode & fashion, dan tentu saja pergaulan. Maaf jika gue agak skeptis dalam hal ini. Sering banget gue temui para penjual produk tersebut ngga dilengkapi dengan product knowledge yang memadai, seperti yang pernah gue alami di sebuah toko di Pondok Indah Mall. Pun calon pembeli yang ikut ketularan demam iPod, datang membeli sambil mengatas-namakan 'demi pergaulan'.
Sampai kapan popularitas iPod ini berlangsung di Indonesia? Sama ngga sih karakter pembeli/peminat iPod Indonesia dengan orang-orang di Amrik atau Eropa misalnya?
Jika memang orang-orang kita hanya sekedar ngikut-ngikut, bisa jadi strategi Apple untuk menggiring orang supaya switch dari Windows ke Macintosh ngga jalan sempurna. Seperti yang kita ketahui, skenario Apple adalah : iPod 4G -> iPod mini -> iPod shuffle -> Mac Mini - eMac - iMac (iBook) - PowerMac (PowerBook). Seharusnya hal ini menjadi tugas para penjual, tugas untuk EVANGELIZE PEOPLE. Agar para pembeli/peminat iPod bisa melek Apple secara umum, ngga sekedar ngikutin trend semata yang umurnya pendek.
Bagaimana pun, menjual produk Apple tidak sama dengan menjual barang komputer atau elektronik biasa.

5 comments:

Farry Aprianto said...

Pinot,
Gw sih cuman bisa coba ngelihat dari perspektif lain.
Something's got to start somewhere.
Jadi mungkin dengan jalan ini orang bisa tahu 'value' Macintosh dari hands-on first person use, biarpun dimulai dari gimmick dulu.
Emang susah kalo di Indonesia. :-)

Anonymous said...

Setuju dengan mas Farry. Look at the bright side. Sekarang bisa lihat logo Apple di mana-mana. Mungkin nanti lama2 yang jualan paham Apple juga kok.

Pinot W. Ichwandardi said...

Gue juga berharap yang sama, kok. Sama kayak elo, Tino, seneng lihat ada neon sign logo Apple di mana-mana, tapi jangan sekedar pajangan toko belaka. Let us cross our finger, semoga ini semua menuju ke sesuatu yang lebih baik :D

Anonymous said...

Yang ada sampai saat ini:

Apple/Mac = Graphic Designer,

Let's change that to:

Apple/Mac = Lifestyle

After that, we go:

Apple/Mac = Computing

Maka setelah itu, baru orang-orang akan tau kalau Apple/Mac is not just a graphic designers' toy

Shall we?

Pinot W. Ichwandardi said...

Perasaan apa yang kau pendam, wahai Adinoto?