Artefacts from the Future
iBabyBrain ini adalah alat untuk men-setup perkembangan otak bayi yang berusia dari 0 - 3 tahun. Anda tinggal mengatur seluruh rencana perkembangan dan pertumbuhan bayi di Macintosh anda. Setelah selesai direncanakan, anda harus membuat simulasi-nya terlebih dahulu di komputer, sehingga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dapat dideteksi secara dini. Komputer otomatis akan memberi tahu kepada anda bahwa data aman dan siap untuk didownload ke otak bayi anda melalui modul iBabyBrain melalui kabel Ultra FireWire 100G.
(click for larger image)
Selain mengatur perkembangan otak, iBabyBrain juga bisa mem-backup seluruh memory otak anda, sehingga jika terjadi kerusakan pada otak bisa di-restore lagi seperti sedia kala tergantung pada file data yang disimpan. Software ini juga dilengkapi dengan feature schedule yang otomatis akan mem-backup memory otak dalam interval waktu yang diinginkan.
Feature yang tidak kalah menariknya adalah BrainWash, yang menghapus seluruh memory otak bayi anda jika memang ternyata perkembangannya tidak sesuai dengan yang diinginkan. Dengan BrainWash, perkembangan otak nya bisa dimodifikasi lagi sesuai dengan umur bayi tanpa harus memulai lagi dari awal.
Spec & requirement :
- Macintosh G20 minimum 1,5 petahertz dengan port Ultra FireWire 100G
- MacOS 20th or better
*Karena peralatan ini berhubungan langsung dengan keselamatan jiwa maka Macintosh dipilih sebagai platform utama dengan alasan stabilitas hardware & software yang sudah terjaga selama bertahun-tahun.
catatan : pada saat snapshot ini dibuat, interface Mac-nya sedang menggunakan theme Aqua Classic pada software ShapeShifter versi 35/2015
Saturday, April 30, 2005
Sunday, April 24, 2005
US$ 500 Mac in 1996
Artefacts from the Past
Lagi ngoprek majalah bekas gue di rumah ortu, nemu majalah MacUser terbitan April 1996 yang mengulas sebuah prototype produk Apple/Mac seharga 500 dollar AS. Gile jaman itu rupiah masih berkisar 2000-an per 1 dollar, yang berarti harganya sekitar 1 jutaan rupiah per unit.
Buat Mac user karatan pasti sudah tahu lah yang dimaksud produk apaan. Tahun itu, Apple kerja sama dengan Bandai mau bikin game-playing machine (game console), plus dengan fungsi internet-surfing machine dengan nama Pippin. Kira-kira fungsinya sebagai home entertainment. Pippin jalan menggunakan scaled-down Mac system software dengan prosesor 66 Mhz PowerPC 603 dan RAM 6 mb.
Sayangnya, positioning Pippin ngga jelas (cheap Macintosh, expensive game console), ngga punya kemampuan 3D graphic rendering seperti layaknya game console, ngga ada hard disk dan tidak adanya dukungan developer saat itu (developer menganggap Pippin sebagai 'unproven platform'), membuat Pippin 'tewas' dengan waktu yang singkat.
Tampaknya memang sudah sejak dulu Apple berusaha mati-matian membuat produk dengan harga murah. Jaman itu, Apple memproduksi berbagai macam 'low-cost' Mac seperti LC, Centris, Performa termasuk proyek Pippin tapi justru membuat Apple makin sekarat. 8 tahun kemudian setelah Pippin 'US$ 500', Apple baru nemu cara yang tepat untuk memproduksi dan menjual komputer murah saat Mac Mini lahir dengan harga US$ 499. Ternyata, ngga gampang bikin komputer murah :P .. d'oh!
Btw, iseng gue scan artikel majalahnya (sori ngga sempet nge-OCR-in dan nge-PDF-in). Selamat membaca.
More about Pippin :
http://www.macgeek.org/museum/pippin/
Lagi ngoprek majalah bekas gue di rumah ortu, nemu majalah MacUser terbitan April 1996 yang mengulas sebuah prototype produk Apple/Mac seharga 500 dollar AS. Gile jaman itu rupiah masih berkisar 2000-an per 1 dollar, yang berarti harganya sekitar 1 jutaan rupiah per unit.
Buat Mac user karatan pasti sudah tahu lah yang dimaksud produk apaan. Tahun itu, Apple kerja sama dengan Bandai mau bikin game-playing machine (game console), plus dengan fungsi internet-surfing machine dengan nama Pippin. Kira-kira fungsinya sebagai home entertainment. Pippin jalan menggunakan scaled-down Mac system software dengan prosesor 66 Mhz PowerPC 603 dan RAM 6 mb.
Sayangnya, positioning Pippin ngga jelas (cheap Macintosh, expensive game console), ngga punya kemampuan 3D graphic rendering seperti layaknya game console, ngga ada hard disk dan tidak adanya dukungan developer saat itu (developer menganggap Pippin sebagai 'unproven platform'), membuat Pippin 'tewas' dengan waktu yang singkat.
Tampaknya memang sudah sejak dulu Apple berusaha mati-matian membuat produk dengan harga murah. Jaman itu, Apple memproduksi berbagai macam 'low-cost' Mac seperti LC, Centris, Performa termasuk proyek Pippin tapi justru membuat Apple makin sekarat. 8 tahun kemudian setelah Pippin 'US$ 500', Apple baru nemu cara yang tepat untuk memproduksi dan menjual komputer murah saat Mac Mini lahir dengan harga US$ 499. Ternyata, ngga gampang bikin komputer murah :P .. d'oh!
Btw, iseng gue scan artikel majalahnya (sori ngga sempet nge-OCR-in dan nge-PDF-in). Selamat membaca.
More about Pippin :
http://www.macgeek.org/museum/pippin/
Friday, April 01, 2005
Rame-rame jualan iPod
Satu lagi hadir toko jual produk Apple di Jakarta. Kali ini di Plaza Senayan, selantai dengan Kinokuniya book store. Buset, kayanya lagi musim pada jualan Apple. Mengingatkan gue pada jaman dahulu (era awal 90-an), betapa ngamprah toko jual produk Apple dan Macintosh. Dulu toko-toko tersebut berkesan eksklusif dan mahal (maklum yang dijual barang-barang Apple yang berlabel komputer mahal kelas atas). Gara-gara popularitas iPod yang meroket, kini hampir semua toko gadget jual iPod. Lihat saja ke Ratu Plaza, betapa ngamprah berjejer terpajang iPod di hampir semua etalase toko. Ada yang sambilan menjajakan iPod, ada pula yang jual iPod plus produk-produk Apple lainnya seperti Mac Mini.
Pada rame-rame jualan iPod (plus produk Apple) di Indonesia menurut gue hanya salah satu dari fenomena ledakan bisnis semata. Apalagi hanya triggered by trend, mode & fashion, dan tentu saja pergaulan. Maaf jika gue agak skeptis dalam hal ini. Sering banget gue temui para penjual produk tersebut ngga dilengkapi dengan product knowledge yang memadai, seperti yang pernah gue alami di sebuah toko di Pondok Indah Mall. Pun calon pembeli yang ikut ketularan demam iPod, datang membeli sambil mengatas-namakan 'demi pergaulan'.
Sampai kapan popularitas iPod ini berlangsung di Indonesia? Sama ngga sih karakter pembeli/peminat iPod Indonesia dengan orang-orang di Amrik atau Eropa misalnya?
Jika memang orang-orang kita hanya sekedar ngikut-ngikut, bisa jadi strategi Apple untuk menggiring orang supaya switch dari Windows ke Macintosh ngga jalan sempurna. Seperti yang kita ketahui, skenario Apple adalah : iPod 4G -> iPod mini -> iPod shuffle -> Mac Mini - eMac - iMac (iBook) - PowerMac (PowerBook). Seharusnya hal ini menjadi tugas para penjual, tugas untuk EVANGELIZE PEOPLE. Agar para pembeli/peminat iPod bisa melek Apple secara umum, ngga sekedar ngikutin trend semata yang umurnya pendek.
Bagaimana pun, menjual produk Apple tidak sama dengan menjual barang komputer atau elektronik biasa.
Thursday, March 31, 2005
iPod Shuffle Skin khas Indonesia
Ada rumor bahwa Apple telah menunjuk satu perusahaan asesori di Indonesia untuk membuat desain corak bungkus karet (rubber casing) iPod Shuffle khas Indonesia. Dari beberapa desain yang dirahasiakan, ada beberapa desain yang berhasil terungkap.
Menurut sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, desain tersebut di atas adalah versi Grafiti Bak Truk. Dan dikabarkan masih ada beberapa versi lainnya, seperti versi gambar Tokoh Politik Indonesia, versi Pahlawan Nasional, versi logo/lambang Kabupaten seluruh Indonesia, versi baju adat kawinan dari beberapa daerah & versi slogan "Life is Random" dalam 3 bahasa daerah : Jawa, Batak dan Papua. Kemungkinan desain ini akan dipasarkan pada saat Lebaran nanti - sebagai hadiah oleh-oleh mudik. Wanna get any of those? Ewww...!!!
Menurut sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, desain tersebut di atas adalah versi Grafiti Bak Truk. Dan dikabarkan masih ada beberapa versi lainnya, seperti versi gambar Tokoh Politik Indonesia, versi Pahlawan Nasional, versi logo/lambang Kabupaten seluruh Indonesia, versi baju adat kawinan dari beberapa daerah & versi slogan "Life is Random" dalam 3 bahasa daerah : Jawa, Batak dan Papua. Kemungkinan desain ini akan dipasarkan pada saat Lebaran nanti - sebagai hadiah oleh-oleh mudik. Wanna get any of those? Ewww...!!!
Saturday, March 05, 2005
Nursery Room di Ratu Plaza
Bagi yang punya bayi dan lagi jalan-jalan di Mall pasti salah satu prioritas aktivitas adalah cari fasilitas nursery room buat melakukan kegiatan perbayian seperti ganti popok atau kasih susu. Kebetulan kami dan Arwen jalan-jalan ke Ratu Plaza ngga nemu fasilitas tersebut (entah belum ketemu atau memang ngga ada) padahal Arwen sudah pengen nyusu. Alhasil, kita mampir ke toko e-Store-nya pak Biyanto & Bibin sekalian lihat-lihat. Waahhh.. look toko-nya 'Apple-Centre' bang-get. Kayak masuk Indomaret tapi isinya Apple stuffs. Tanpa babibu Dita langsung ambil kursi dan kasih susu ke Arwen.
Si Arwen yang tadinya rewel tiba-tiba terdiam, matanya melihat sekeliling mengamati G5, iPod, iMac (ngga cuma bapaknya ternyata yang ngiler lihat barang-barang tersebut). Walau memang Arwen lagi suka ngiler, tapi gue yakin dia sebenarnya ngiler sama iPod mini yang ditunjukin ibunya.
Sementara si Bibin sibuk melayani pengunjung yang ngga habis-habis. Mukanya keliatan capek tapi sumringah, kebanjiran order. "Cuma beberapa hari iPod udah ludes. Mac Mini juga kehabisan stock mulu. Banyak banget yang pesen," katanya. Salah satu pengunjung yang anggota milis id-Mac juga (pak de Maman Fathurrohman, yang gue lupa nick di milisnya) sambil geleng-geleng "Gile.. di sini duit kaya kaga ada artinya. Ngalir gitu aja, pada beli iPod, PowerBook, iMac, Mac Mini... ck ck ck." Si Bibin cengengesan, apalagi pas gue bilang, "Iya, sementara gue mau apply kredit Mac Mini belum bisa di e-Store. Kasian dee yang kere kayak gue pengen Mac Mini." Sementara salah satu pengunjung sibuk mencatat di kertas, daftar software-software yang dibutuhkan. Huehehehehehe... Gue bilang Bibin, suruh gabung aja di milis.
Sampai akhirnya si Arwen selesai mimik susu pun kebetahan ngiler di e-Store seperti bapak & ibu nya. Jadi kalau ke Ratu Plaza, bawa bayi dan butuh nursery room, datanglah ke e-Store. Dijamin satu keluarga merasa 'nyaman' dan droll-ing.
Si Arwen yang tadinya rewel tiba-tiba terdiam, matanya melihat sekeliling mengamati G5, iPod, iMac (ngga cuma bapaknya ternyata yang ngiler lihat barang-barang tersebut). Walau memang Arwen lagi suka ngiler, tapi gue yakin dia sebenarnya ngiler sama iPod mini yang ditunjukin ibunya.
Sementara si Bibin sibuk melayani pengunjung yang ngga habis-habis. Mukanya keliatan capek tapi sumringah, kebanjiran order. "Cuma beberapa hari iPod udah ludes. Mac Mini juga kehabisan stock mulu. Banyak banget yang pesen," katanya. Salah satu pengunjung yang anggota milis id-Mac juga (pak de Maman Fathurrohman, yang gue lupa nick di milisnya) sambil geleng-geleng "Gile.. di sini duit kaya kaga ada artinya. Ngalir gitu aja, pada beli iPod, PowerBook, iMac, Mac Mini... ck ck ck." Si Bibin cengengesan, apalagi pas gue bilang, "Iya, sementara gue mau apply kredit Mac Mini belum bisa di e-Store. Kasian dee yang kere kayak gue pengen Mac Mini." Sementara salah satu pengunjung sibuk mencatat di kertas, daftar software-software yang dibutuhkan. Huehehehehehe... Gue bilang Bibin, suruh gabung aja di milis.
Sampai akhirnya si Arwen selesai mimik susu pun kebetahan ngiler di e-Store seperti bapak & ibu nya. Jadi kalau ke Ratu Plaza, bawa bayi dan butuh nursery room, datanglah ke e-Store. Dijamin satu keluarga merasa 'nyaman' dan droll-ing.
Thursday, February 10, 2005
Plin plan gara-gara Mac Mini
*dialog dengan PowerBook G3 Pismo gue*
Pinot : I think I'm in love with her.
Pismo : Siapa?
Pinot : Mac Mini
Pismo : Lho kok? Kemarin-kemarin sudah yakin ngga bakal ngelirik tuh barang!!
Pinot : Iya sih...
Pismo : C'mon... she's not that good!
Pinot : according to her price, she's great!
Pismo : RAM 256 Mb? Slow HD? No audio in? 32mb ATI Radeon?
Pinot : Still better than you.. d'oh! Toh bisa diupgrade RAM-nya
Pismo : Bakal sampai 10 jutaan dong. Belum monitor, keyboard & mouse.
Pinot : Fine with me.
Pismo : You're getting irrational! Dengan harga sama, lo bisa dapet G4 Desktop 800 mHz - 1 gHz second!
Pinot : Coba, gue beli lo berapa dulu dari Remiel? 8 juta utk 500 mHz, RAM 512 mb, Airport card, HD 30 gb.
Pismo : Itu kan dulu! Hampir 2 tahun lalu!
Pinot : At the same price, dulu gue bisa dapet G4 500 mhz.
Pismo : So what's your point?
Pinot : Gue beli karena perasaan gue terhadap lo kuat. Gue cinta sama lo. Black, sleek, sexy and the latest generation of PowerBook G3.
Pismo : *blushing*
Pinot : Jangan jeles dong.
Pismo : *diem*
Pinot : Entahlah, seperti waktu gue lihat lo, sekarang ada getar yang sama pas gue lihat si Mini. The same vibe.
Pismo : Plin plan lu. Katanya no Mac Mini! *nada tinggi*
Pinot : Kali ini gue yakin, walau sempet ragu. Maklum lagi jatuh cinta. Kadang emosi yang nongol, kadang akal sehat yang nongol.
Pismo : Sekarang apa yang nongol? Perasaan & emosi sesaat?
Pinot : Kombinasi keduanya. Tahu nih.. gue bingung.
Pismo : Gue diduain dong.... Sama kaya Quadra lo, Blue & White 3 lo, PB 1400 lo... Bukan diduain lagi tapi dicuekin abis.
Pinot : Nggak lahh... lo akan tetep mendampingi gue.
Pismo : Gombal..
Pinot : Toh sampai hari ini gue masih ngetik blog ini dikeyboard lo kan? Saat nanti Mini datang, toh lo juga yang bakal gue bawa kesana kemari buat presentasi, kasih kuliah, nge-hotspot di Citos dan lain-lain.
Pismo : *tertunduk*
Sementara gue masih ngetik blog di Pismo gue yang murung, sambil lihat gambar-gambar Mac Mini dan berbisik dalam hati "Mac Mini, I think I'm in love with you. And God, please help me.."
Monday, February 07, 2005
Kuda poni Apple bernama Mac Mini
Ketika Mac Mini dilaunch pertama kali di MWSF Januari lalu - dan kemudian mejeng di website www.apple.com - yang paling menghipnotis adalah harganya yang cuma 3 digit - pun di bawah US$ 500 (US$ 499 tepatnya). Ajegile murah banget! Si Mini seperti memanggil-manggil "Buy Me Buy Me!" Jujur saja, gue langsung pengen beli karena kalap. Jika gue lagi tajir (dan barang sudah tersedia di tokonya Bibin atau Wasabi atau Oktagon) pasti langsung digondol pulang. Droll worthy!
Untungnya gue lagi kere. Dan hasrat untuk memilikinya mulai berkurang sedikit demi sedikit dari hari ke hari. Apalagi di website sudah banyak yang memberi review, dari sisi positif dan negatifnya. It's a cute machine that's for sure. Tapi, buat hardcore user kaya gue yang banyak berkutat di pekerjaan grafis dan animasi, sepertinya hanya akan membuat si Mini meleleh dan mabok.
Hal serupa pernah terjadi pada saat Apple meluncurkan iMac translucent-nya. Huaaaa... rasanya pengeeenn banget punya. Lalu muncul lagi iMac sunflower yang ginuk-ginuk. Lalu iMac G5. Namun keinginan tersebut selalu dihadang pada kebutuhan gue yang sebenarnya pada Macintosh "kuda arab" macam PowerBook atau PowerMac. Realistis saja, gue tidak butuh "kuda poni"-nya Apple. Gue tidak butuh Mac Mini! (walau teteup pengen punya.. huehehehe).
Sebenarnya ngapain sih Apple membuat keluarga "kuda poni" pada jajaran Macintosh mereka? Marketing strategy. Kalau dilihat apa yang ditulis Paul Nixon (www.nixlog.com/apple), Apple butuh produk yang memasyarakat (Huh! Sudah mulai realistis ya? It's about time!) dengan harga terjangkau. Diawali dengan mp3 player iPod kemudian Mac Mini. Well, it's not the computer for the rest of us (yang beberapa diantaranya butuh "kuda arab"). Mac Mini adalah bagian dari kampanye Switching-nya Apple. Diharapkan, PC users mulai ter-iPod-isasi. Lalu sedikit demi sedikit tergoda masuk dalam faham MacOS. Untuk itulah Mac Mini hadir. PC users diberi kesempatan untuk test drive' dunia MacOS tanpa harus mengeluarkan uang banyak. Just drag your Intel away and put Mac Mini with your current monitor, keyboard & mice. Kira-kira begitu.
Syukur alhamdulillah, sampai sekarang gue ngga akan tergoda dengan senyuman manis dan manja si kuda poni, Mac Mini. Dengan harga kira-kira 9 - 10 juta Mac Mini (+ PC monitor + PC keyboard + PC mouse + RAM 1 Gb), mending gue beli kuda arab PowerMac G4 macam QuickSilver 800 mHz dengan graphic card lebih baik, VRAM lebih tinggi dan RAM lebih tinggi. Bisa upgrade pula. Cukup realistis kan?
Untungnya gue lagi kere. Dan hasrat untuk memilikinya mulai berkurang sedikit demi sedikit dari hari ke hari. Apalagi di website sudah banyak yang memberi review, dari sisi positif dan negatifnya. It's a cute machine that's for sure. Tapi, buat hardcore user kaya gue yang banyak berkutat di pekerjaan grafis dan animasi, sepertinya hanya akan membuat si Mini meleleh dan mabok.
Hal serupa pernah terjadi pada saat Apple meluncurkan iMac translucent-nya. Huaaaa... rasanya pengeeenn banget punya. Lalu muncul lagi iMac sunflower yang ginuk-ginuk. Lalu iMac G5. Namun keinginan tersebut selalu dihadang pada kebutuhan gue yang sebenarnya pada Macintosh "kuda arab" macam PowerBook atau PowerMac. Realistis saja, gue tidak butuh "kuda poni"-nya Apple. Gue tidak butuh Mac Mini! (walau teteup pengen punya.. huehehehe).
Sebenarnya ngapain sih Apple membuat keluarga "kuda poni" pada jajaran Macintosh mereka? Marketing strategy. Kalau dilihat apa yang ditulis Paul Nixon (www.nixlog.com/apple), Apple butuh produk yang memasyarakat (Huh! Sudah mulai realistis ya? It's about time!) dengan harga terjangkau. Diawali dengan mp3 player iPod kemudian Mac Mini. Well, it's not the computer for the rest of us (yang beberapa diantaranya butuh "kuda arab"). Mac Mini adalah bagian dari kampanye Switching-nya Apple. Diharapkan, PC users mulai ter-iPod-isasi. Lalu sedikit demi sedikit tergoda masuk dalam faham MacOS. Untuk itulah Mac Mini hadir. PC users diberi kesempatan untuk test drive' dunia MacOS tanpa harus mengeluarkan uang banyak. Just drag your Intel away and put Mac Mini with your current monitor, keyboard & mice. Kira-kira begitu.
Syukur alhamdulillah, sampai sekarang gue ngga akan tergoda dengan senyuman manis dan manja si kuda poni, Mac Mini. Dengan harga kira-kira 9 - 10 juta Mac Mini (+ PC monitor + PC keyboard + PC mouse + RAM 1 Gb), mending gue beli kuda arab PowerMac G4 macam QuickSilver 800 mHz dengan graphic card lebih baik, VRAM lebih tinggi dan RAM lebih tinggi. Bisa upgrade pula. Cukup realistis kan?
Subscribe to:
Posts (Atom)